LIFESTYLE
Dalam masyarakat, khususnya di era yang modern seperti sekarang ini,
urusan gaya hidup mulai menjadi perhatian yang serius hampir bagi setiap
orang. Hal ini sejalan dengan tumbuhnya kapitalisme yang ditandai
dengan menjamurnya pusat perbelanjaan semacam
Shopping Mall, industri mode atau
fashion,
industri kecantikan, kawasan huni mewah, kegandrungan terhadap merek
asing, dan sebagainya. Kapitalisme konsumsi benar-benar telah ikut
berperan penting dalam memoles gaya hidup dan membentuk masyarakat
konsumen. Peran media (baik media cetak maupun elektronik) di era
globalisasi pun menjadi ladang persemaian gaya hidup.
Persoalan gaya hidup kini bukan lagi monopoli suatu kelas. Bahkan
orang yang miskin sekalipun masih bisa memakai model gaya hidup
tertentu, meskipun mungkin hanya bersandiwara, meniru-niru, atau
berpura-pura, dan sebaliknya orang berduit juga bisa berlagak miskin,
bukan karena penganut ideologi hemat tapi lebih karena pilihan gaya.
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu
orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus
seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya
hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara
menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan
karakteristik suatu kelompok.
Gaya hidup menurut
(Kotler, 2002:192) adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana
orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari
aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam
hidupnya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut
Assael (1984, p. 252),
gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people
spend their time (activities), what they consider important in their
environment (interest), and what they think of themselves and the world
around them (opinions)”.
Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut
Suratno dan Rismiati
(2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan
sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang
bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang
berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan
melahirkan konstruk sosial yang dimulai secara personal, dari individu
ke individu lainnya, dan kemudian menjamur pada kelompok, disebut dengan
gayahidup. Seorang Profesor Sosiologi di Universitas Durham yaitu David
Chaney mengkaji persoalan gaya hidup secara lebih komprehensif dan
didasarkan dari berbagai perspektif. Menurut Gaya Hidup haruslah dilihat
sebagai suatu usaha individu dalam membentuk identitas diri dalam
membentuk identitas diri dalam interaksi sosial. Dalam bukunya “
Life Style’’
Chaney (1996:92) mengatakan bahwa: “Gaya hidup selanjutnya merupakan
cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan
sehari-hari dengan nilai social atau simbolik; tapi ini juga berarti
bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.” Atau dengan kata
lain :“Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam pergaulan,
pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk
mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak
diketahui namanya”.
Adapun interpretasi dari peneliti sendiri bahwa pada kesempatan lain,
Chaney juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah
masyarakat modern, atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti
disini, adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern yang akan
menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya
sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang
membedakan antara satu dengan orang yang lain. Awan 2006, menyebutkan
bahwa gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam
aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri
untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan
frame of reference yang
dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan
membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin
dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan
dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan
status social yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah,
dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam
mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan
mempraktekkan nilai pengetahuannya tentang suatu objek benda yang
teraktualkan melalui proses komsumsi. Praktek kebudayaan yang
diaktualkan oleh seorang khususnya dalam masalah komsumsi merupakan
proses dalam rangka membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari
status yang diperankannya dalam suatu struksur social. Gaya hidup saat
ini memang tak bisa dilepaskan dari konsep identitas sosial. dalam hal
ini, secara garis besar dapat dibedakan melalui dua tahap. Tahap
pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan (
choice).
Dalam hal ini sikap dan cita rasayang merupakan karakteristik anggota
kelompok social baru. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang
penting. Dalam wacana publik kontemporer seperti artikel surat kabar,
khotbah, syair, dan panduan moral cendikiawan yang terefleksi lewat
sikap moral yang mengutamkan nilai. Dengan kata lain, seseorang yang
akan dianggap baik jika menjalankan prinsip moral pada masyarakatnya.
Tahap kedua merupakan tahap kultural. Pada tahap ini, gaya hidup yang
terfokus pada kehidupan yang merupakan bagian dari aktifitas waktu luang
atau komsumsi. Seseorang dalam sebuah kelompok masyarakat akan dinilai
denagn cita rasa tinggi ketika mampu memanfaatkan waktu luang dengan
nyaman. Nyaman disini bisa diidentifikasikan sebagai suatu ruang
komsumsi yang
mungkin agak material. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan
waktu luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan
keluar kota ataupun keluar negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan
dengan cita rasa dan nilai material pada akhirnya akan berhubungan
dengan karakteristik sosio struktural lainnya.
Bentuk-bentuk Gaya Hidup
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain:
Industri Gaya Hidup
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami
estetisisasi, “estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri
(body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan
kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya
hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok
untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya
industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.
Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para
politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam
era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar
dalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste
culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang
kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya
hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri
untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti
mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.
Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa
dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para
selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen
kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran
“aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak
E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui
identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity)-cara
mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti
busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka
digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade
identitas.
Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu
yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan
kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk
menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan
secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta
siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup
yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi
memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan
pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi
yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli
barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pust
perhatian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya
hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media
iklan, modeling dari artis yang diidolakan, gaya hidup yang hanya
mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang
menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.
Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa terdapat dua faktor
yang mempengaruhi gaya hidup, yaitu dari dalam diri individu (internal)
dan luar (eksternal).
Faktor internal
Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu. Melalui sikap, individu
memberi respon positif atau negatif terhadap gaya. Keadaan jiwa
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya.
Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku.
Pengalaman diperoleh dari tindakan di masa lalu. Hasil dari pengalaman
sosial membentuk pandangan terhadap suatu objek. Seseorang tertarik
dengan suatu gaya hidup tertentu berdasarkan pengalaman dan pengamatan.
Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
Kepribadian mempengaruhi selera yang dipilih seseorang, sehingga
mempengaruhi pula bagaimana gaya hidupnya.
Konsep diri
Konsep diri menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan
image merk. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi
minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola
kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi
permasalahan hidupnya.
Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan
akan prestise itu besar, maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
b. Faktor eksternal
Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan
gaya hidup tertentu.
Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola
hidupnya.
Kelas sosial
Kelas sosial juga mempengaruhi gaya hidup. Ada dua unsur pokok dalam
sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan dan
peran. Hierarki kelas sosial masyarkat menentukan pilihan gaya hidup.
Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan
bertindak.
Kesimpulan
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu
orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus
seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya
hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara
menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan
karakteristik suatu kelompok.
Bentuk-bentuk gaya hidup antara lain: industri gaya hidup, iklan gaya hidup,
Public Relations
dan journalisme gaya hidup, gaya hidup mandiri, gaya hidup hedonis.
Sedangkan Faktor yang mempengaruhi gaya hidup ada dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi, industri gaya
hidup, Iklan gaya hidup,
Public Relations dan journalisme gaya
hidup, gaya hidup Mandiri, gaya hidup hedonis dan faktor eksternalnya
yaitu Kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, kebudayaan.